Indahnya Lukisan 3 Dimensi Dari Sampah Kertas
Amir Hendi, warga Desa Irigasi Permu,
Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, memang kreatif. Ia mampu
memanfaatkan sampah kertas menjadi produk berdaya guna dan bernilai
jual. Ya, lukisan 3 dimensi dari sampah kertas.
Awalnya,
Amir resah dengan sampah kertas yang sering berserakan di sekitar
rumah. Selain merusak pemandangan, sampah kertas juga menimbulkan rasa
kurang nyaman. Menyikapi kondisi ini, Amir coba mengumpulkan dan
membuangnya ke tempat sampah. Perlahan, ia berpikir untuk memanfaatkan
sampah kertas tersebut agar memiliki nilai tambah. “Sayang kalau hanya
dibuang. Seakan, tidak ada manfaatnya sama sekali,” terangnya
kepada Mongabay Indonesia, Sabtu (27/2/2016). Amir pun teringat dengan
pengalaman membuat peta dari bubur kertas sewaktu menjadi guru di SMPN 1
Kepahiang. Bermodal pengalaman itu, Amir coba memanfaatkan sampah
kertas itu untuk membuat lukisan 3 dimensi dari sampah kertas menjadi
bunga.
“Ternyata bisa. Tapi hasilnya
kurang memuaskan. Selang beberapa hari setelah kering, keluar aroma
tidak sedap atau busuk dari lukisan. Namun saya tidak putus asa, malah
termotivasi untuk menciptakan hal baru setelah berulang melakukan
eksperimen.
akhirnya solusi ditemukan.
Dengan cara menjadikan sampah kertas itu, menjadi sesuatu yang dapat
menghasilkan nilai jual, Dengan menjadikannya lukisan 3 dimensi dari
sampah kertas, “Sejumlah lukisan yang dibuat, awalnya memang sebagai
hiasan rumah.
Ternyata,
tidak sedikit orang yang melihat, berminat untuk membeli Lukisan 3
dimensi dari sampah kertas ini. Amir pun berpikir untuk menjadikannya
sebagai usaha sampingan, selain usaha warung manisan dan kuliner yang
dimiliki keluargorongan itu kian menguat saat dia memasuki masa pensiun.
“Walau sampingan, usaha membuat lukisan 3 dimensi dari sampah kertas
ini hasilnya cukup lumayan. Bisa membantu biaya pendidikan empat anak
saya sewaktu mereka kuliah di Yogyakarta,” ujar pensiunan pegawai negeri
sipil ini yang mulai menjadikannya sebagai usaha sampingan sejak 2003.
- Untuk membuat lukisan 3 dimensi dari sampah kertas ini tidaklah butuh modal besar dan proses yang rumit.
- Bahan bakunya hanya sampah kertas seperti koran, karpet telur, kotak rokok, kardus atau lainnya yang mudah ditemukan.
- Sampah-sampah tersebut direndam sampai lembut, lalu ditumbuk agar halus seperti bubur.
- Selanjutnya, bubur kertas itu diaduk dengan lem dari sagu yang dicampur cuka. “Campuran cuka diperlukan agar tidak menimbulkan bau busuk dan tahan lama.”Lukisan biasanya dibuat di atas triplek dengan menggunakan sendok kecil.
- Setelah selesai, lukisan dijemur hinggakering lalu diberi warna dari cat kayu atau semprot, dan kembali dijemur hingga kering. “Satu lukisan butuhn waktu paling lama seminggu. Tapi, kalau sudah terampil, satu kali pembuatan bisa lima lukisan dalam seminggu.
- Artinya, sebulan bisa 20 lukisan yang saya dibuat.”Amir tidak hanya membuat lukisan 3 dimensi berupa bunga Rafflesia,amorphophallus dan lainnya, tetapi juga pemandangan dan orang.
Bahkan,
suami Zubaidah ini pun memanfaatkan sampah kertas untuk membuat topeng,
patung dan miniatur. Sejumlah karyanya ini sering dibeli kalangan
pejabat sebagai hiasan di rumah dan kantor. Tidak sedikit juga yang
dibeli untuk dijadikan suvenir ke Riau, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa
Timur, Bali, Kalimantan Barat dan provinsi lainnya.Amir menunjukkan
lukisan 3 dimensi bunga Rafflesia. Siapmelatih
tanpa pamrih Amir menuturkan, cukup banyak orang bekerja mengumpulkan
sampah kertas dan lainnya sebagai pendapatan. Sayang, sampah-sampah
tersebut tidak dimanfaatkan untuk dibuat beragam produk yang bernilai
guna. “Untuk membuat satu lukisan, saya membutuhkan sekitar 0,5 kg
kertas. Kalau kertas bekas yang dijual, pendapatan yang diperoleh
mungkin hanya Rp2.000 – Rp5.000. Tapi kalau dibuat lukisan, harganya
bisa menjadi puluhan bahkan ratusan ribu rupiah,” kata Amir yang menjual
satu lukisannya hingga Rp 600.000.
Mantan guru biologi dan pendidikan jasmani ini berpendapat, ada baiknya pemerintah setempat bisa memfasilitasi para pengumpul barang bekas dengan memberikan pelatihan. Amir pun bersedia menjadi pelatih tanpa dibayar. “Saya optimis, keterampilan pemanfaatan sampah bisa memberikan pendapatan yang cukup besar dan masalah sampah akan teratasi.”Sejauh ini, kakek enam cucu ini telah memberikan pelatihan kepada sejumlah warga di desanya dan desa tetangga. Hasilnya, sudah ada warga yang membuat gantungan kunci dan suvenir pernikahan dari sampah kertas. “Saya sangat berharap apa yang saya lakukan ini bisa menginspirasi dan memotivasi masyarakat dan pemerintah. Sehingga, permasalahan sampah, pengangguran dan kemiskinan bisa teratasi,” paparnya.
Mantan guru biologi dan pendidikan jasmani ini berpendapat, ada baiknya pemerintah setempat bisa memfasilitasi para pengumpul barang bekas dengan memberikan pelatihan. Amir pun bersedia menjadi pelatih tanpa dibayar. “Saya optimis, keterampilan pemanfaatan sampah bisa memberikan pendapatan yang cukup besar dan masalah sampah akan teratasi.”Sejauh ini, kakek enam cucu ini telah memberikan pelatihan kepada sejumlah warga di desanya dan desa tetangga. Hasilnya, sudah ada warga yang membuat gantungan kunci dan suvenir pernikahan dari sampah kertas. “Saya sangat berharap apa yang saya lakukan ini bisa menginspirasi dan memotivasi masyarakat dan pemerintah. Sehingga, permasalahan sampah, pengangguran dan kemiskinan bisa teratasi,” paparnya.
Sumber: kerajinan.id
Post a Comment