Tanaman Temu Hitam (Curcuma aeruginosa)

Tanaman tahunan ini mempunyai tinggi 1-2 m, berumbi batang, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun tegak dan berbentuk rimpang, berwarna hijau atau cokelat gelap. Daun tunggal, bertangkai panjang, 2-9 helai. Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua dengan sisi kiri kanan ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap atau lembayung, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm. Bunganya bunga majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang, panjang tandan 20-25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar, pangkal daun pelindung berwarna putih, ujung daun pelindung berwarna ungu kemerahan. 
 
Mahkota bunga berwarna kuning. Rimpangnya cukup besar dan merupakan umbi batang. Rimpang juga bercabang-cabang. Jika rimpang tua dibelah secara vertikal, tampak lingkaran berwarna biru kehitaman di bagian luarnya. Pada rimpang anakan, atau rimpang cabang, warna kehitaman ini tidak akan terlalu tampak, meskipun memang sedikit terlihat apabila diperhatikan dengan seksama. Warna biru-kehitaman inilah yang menyebabkan tanaman ini diberi nama temu hitam. Rimpang temu hitam mempunyai aroma khas yang disebabkan oleh kandungan minyak atsirinya, oleh karena itu kita dapat membedakan dengan rimpang temu-temuan lainnya. Perbanyakan dengan rimpang yang sudah cukup tua atau pemisahan rumpun.

2.2 Ekologi

Temu hitam terdapat di Burma, Kamboja, Indocina (Vietnam), dan menyebar sampai ke Pulau Jawa. Selain ditanam di pekarangan atau di perkebunan, temu hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400-1750 m dpl. Lokasi tumbuh :

- Daerah dengan curah hujan 900 – 1.250 mm per tahun, dengan musim kering yang nyata.
- Habitat paling sesuai adalah pada daerah yang ternaungi dengan kelembaban tinggi.
Dapat tumbuh pada semua jenis tanah, akan tetapi lebih baik berpasir dengan drainase yang baik.

2.3 Kandungan Kimia

Pada Rimpang mengandung senyawa aktif minyak atsiri, saponin, polifenol, flavonoid, tanin, kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, a, β, g-elemene, linderazulene, kurkumin, demethoxykurkumin, dan bisdemethoxykurkumin. Pada bagian daun terdapat pati, damar, lemak, dan minyak atsiri juga.

2.4 Manfaat

Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah rimpangnya. Cuci rimpang lalu dipotong-potong dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan agar kandungan minyak atsirinya tidak berkurang.
 
 Cara pemakaian, untuk penggunaan obat dalam (oral) gunakan rimpang sebanyak 1-2 jari tangan. Sedangkan untuk pemakaian luar rimpang segar dicuci terlebih dahulu secukupnya lalu dikupas dan digiling halus. Tambahkan minyak kelapa, diaduk rata lalu digunakan untuk menutup luka pada kulit.

Rimpang berguna untuk mengobati gangguan kulit seperti kudis, koreng, borok, ruam, mengatasi gangguan pencernaan seperti mulas, sakit perut, membangkitkan nafsu makan (stomakik), sariawan, batuk berdahak, sebagai obat cacing (antelmintik), pendarahan saat haid/nifas, reumatik, luka menahun, peluruh angin (karminatif), memperlancar peredaran darah, serta pengobatan karena kandungan minyak esensialnya yang cukup tinggi. Sedangkan rebusan rimpangnya membantu mengurangi sesak nafas.