Serial Petualangan Tiga Pendekar Kenthir

Tulisan ini hanya iseng nggak ada hubungannya dengan blogging, maksudnya biar kita refreshing dikit lah. Masa mau ngutak-atik blog mulu tiap hari. Lagian saya juga lagi tumpul nggak ada ide mau bikin apa. Tulisan ini juga saya tulis di blog planetkenthir.com blog komunitas saya bersama teman-teman yang tiap hari selalu dipenuhi dengan tawa dan canda, mentertawakan jaman yang sepertinya sudah diatur oleh orang-orang yang mempunyai wewenang, mengekang kita dalam berekspresi membuat manusia yang pada dasarnya lahir sebagai makluk Tuhan yang bebas menjadi dibatasi daya kreativitasnya.

Sudah lama saya sudah meninggalkan mereka untuk kegiatan blogging, mereka adalah keluarga saya di dunia maya. Kenapa mesti dinamakan kenthir? Kenthir lebih banyak untuk menekankan kegilaan daripada kengawuran. Kenapa kita mau dibilang kenthir?? Hemmm, jawabannya sangat sederhana karena hari-hari kita selalu penuh tawa, ditertawakan, mentertawakan, dan membuat ketawa, kadang ada sebagian yang ketawa sendirian……….. hahahahahahaha bukankah itu edan?? Kalau edan dan gendheng yang artinya juga gila, masih bisa diasosiasikan dengan kenekatan atau keberanian, tapi kenthir enggak. Kenthir merupakan perilaku antisosial, atau setidaknya menabrak pakem atau aturan umum yang berlaku. Tapi benarkah kita ini sepenuhnya sehat, “sane” atau waras?

Saya akan buat satu contoh cerita kenthir, cerita ini sangat panjang dan bersambung pula. Bagi yang belum baca seri sebelumnya bisa dibaca disini. Berikut cerita selengkapnya semoga dibaca sampai selesai, jangan seperti anak muda jaman sekarang yang lebih senang melihat gambar atau video daripada membaca. Kalau saya bisa, pasti sudah saya visualisasikan cerita ini lewat gambar atau video.

Setelah sekian lama tertunda, akhirnya sekuel petualangan 3 pendekar kenthir akan saya lanjutkan lagi. Sebenarnya ini karena banyak sekali permintaan dari penggemar yang dikirim lewat surat kaleng krupuk maupun ke PO BOX 012345678910. Pada cerita sebelumnya, pendekar Spiderte sedang bertarung melawan pendekar Andreaneda untuk memperebutkan Princess, terpaksa dihentikan karena princess ngantuk dan penulisnya capek setelah seharian menjadi kuli panggul di pasar. Pertarungan yang sangat sengit dan belum pernah terjadi di dunia persilatan. Selama dua hari dua malam belum ada tanda-tanda siapa yang bakal menjadi pemenang. Kedua pendekar kenthir itu mengerahkan semua jurus andalannya, spiderte dengan jurus andalannya bernafas dalam lendir dan pendekar Andreaneda dengan jurus joroknya menerobos semak-semak.


Pagi-pagi sekali kedua pendekar kenthir sudah berada di halaman kerajaan, mereka telah siap untuk bertarung kembali demi memperebutkan sang putri. Terlihat pendekar Spiderte sedang giat melatih jurus andalannya, sedangkan pendekar Andreaneda hanya duduk-duduk dan sesekali buang air kecil dan kentut. Tiba-tiba pendekar Andreaneda mendatangi spiderte, “Eh… pendekar bau, elu kagak bakal menang dah lawan gua. Mending nyerah aja, balik lagi ke kandang ngurusin kambing tuh udah pada mau beranak.”

Pendekar spiderte menghentikan latihannya, “Mana bisa, jurus jorok nggak mungkin bisa menang lawan jurus lendir gua. Elu yang mesti pulang tuh urusin onta udah pada minta kawin.”

Terjadi adu mulut antara kedua pendekar kenthir, karena merasa tidak bisa mengintimidasi, akhirnya pendekar Andreaneda berjalan kembali ke arah tempat duduknya. Setelah itu dia mengambil handphone beri-berinya, handphone kesayangannya hadiah waktu menang lomba balap kambing (lomba balapan sama kambing). Kemudian dia memencet tombol tett… toottt, tak berapa lama terdengar suara di HP nya, “Halo… ada apa ya, saya lagi sibuk nulis cerita nih.” Ternyata pendekar Andreaneda menghubungi penulis cerita ini.

“Wooii… bro, ini nanti siapa yang menang sih?” tanya pendekar Andreaneda.

“Yee… rahasia dunk. Masa gua kasih tau, ketahuan lu ya kalo ujian suka nyogok sama guru.” Kata penulis.

“Yah bro masa gitu aja kagak mau kasih tau sih? Gua buru-buru nih soalnya onta di rumah udah pada minta kawin. Udah gini aja, menangin gua deh, ntar lu gua kasih satu ekor anak onta.” Pendekar Andreaneda sedikit agak kesal.

“Wah sorry ya gua nggak terima sogokan, tapi kalo elu punya adik, kakak atau tetangga cewek yang cakep, gua pertimbangin dah.” penulis memberikan penawaran.

Pendekar Andreaneda berpikir sejenak, “Wah nggak ada bro, ada juga janda sama nenek-nenek langganan gua tiap malem, Itu juga udah 3 bulan gua belum bayar.”

“Ya udah kalau gitu, mendingan elu berlatih yang tekun dan rajin deh biar menang. Udah ya, gua mau nerusin cerita lagi.” Kata penulis sambil menutup telpon. Sedangkan pendekar Andreneda kesel bukan main,”Somprett…. dasar penulis mata keranjang, kagak mau diajak kerja sama. Awas lu ya kalo gua menang jadi mantu raja, gua blokir akunnya biar nggak bisa nulis lagi disini.”

Tak lama kemudian sang raja Ajinatha bersama princess dan rombongan tiba di pelataran kerajaan. Tak ketinggalan pula hulubalang dongo Mas Mus dan pengawal Andee. Mereka semua bersiap untuk menyaksikan pertarungan terakhir hingga titik lendir penghabisan kedua pendekar sakti memperebutkan princess, putri raja Ajinatha. Penonton juga sudah mulai berdatangan dari seluruh pelosok kerajaan menyaksikan siapa yang bakal jadi mantu kerajaan. Mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, nenek-nenek bahkan kambing dan onta kedua pendekar pun juga datang untuk memberikan support kepada kedua pendekar ini.

Raja Ajinatha kemudian menyuruh kedua pendekar itu untuk segera melanjutkan pertandingan. Kedua pendekar sudah bersiap, pertandingan kali ini dipimpin oleh seorang wasit, kebetulan yang terpilih menjadi wasit adalah dayang Minche. Hal ini dilakukan karena banyak sekali terjadi kecurangan pada pertandingan sebelumnya dan dayang Minche sudah terbiasa memimpin pertandingan catur antar dayang di kerajaan. Genderang pun ditabuh, kedua pendekar tersebut masuk ke dalam arena. Mereka beradu pandang kemudian saling cium.. eh saling meledek. Pertandinganun dimulai, pendekar Spiderte sangat bernafsu memenangkan pertandingan ini, belum apa-apa dia sudah berjongkok sambil nungging mengeluarkan jurus andalannya bernafas dalam lendir.

“Pendekar jorok rasakan jurus andalanku ini…” Sambill nungging pendekar Spiderte maju ke depan menyerang pendekar Andreaneda dengan pedang. Untung pendekar Andreaneda segera menghindar. Dia kemudian membalas dengan menusukkan pedangnya kearah lawan, dan berhasil masuk kedalam selangkangan pendekar Spiderte. Kemudian berusaha menusukan pedangnya ke arah biji Spiderte (kelemahan Spiderte terletak pada bijinya). Terdengar suara “Tiingg…” ternyata pendekar Spiderte memakai sempak baja, gagal usaha pertama pendekar Andreaneda kali ini.

Pertarungan berlangsung cukup alot dan seimbang. Sorak sorai penonton semakin menambah seru pertarungan. Tanpa terasa sudah 10 jam pertarungan itu berlangsung, Princess bosan juga melihatnya tanpa ada kepastian siapa yang bakal menang, kemudian dia berkata kepada ayahnya, “Ayahanda, saya bosan ingin jalan-jalan dulu cari angin, siapa tau nanti setelah saya pulang pemenangnya sudah ada.” Raja lalu memanggil hulubalang Mas Mus memerintahkan untuk menjaga princess. “Nggak usah dikawal ayahanda, saya mau jalan-jalan sendiri, saya hanya mau ke taman istana.“ Princess menjelaskan kepada ayahnya.

Singkat cerita princess sudah berada di taman istana melihat keindahan bunga-bunga sambil sesekali berdendang. Tidak ada satu orangpun di taman selain Princess, karena semua abdi kerajaan sedang menyaksikan sayembara pertarungan final dua pendekar sakti. Tanpa disadari, sejak keluar dari arena pertarungan, princess sudah diikuti oleh pendekar kolor ijo alias Geboy. Kali ini dia tidak sendiri, pendekar kolor ijo membawa kedua temannya yaitu pendekar sarap Wepe dan satu lagi bekas hulubalang istana Herry. Herry dulunya adalah seorang hulubalang raja, tetapi karena dia membocorkan rahasia raja akhirnya dia dipecat sebagai hulubalang. Kesalahan hulubalang Herry waktu itu adalah dia mengatakan ke seluruh pejabat istana bahwa raja Ajinatha memakai rambut palsu (Pak Aji nggak boleh marah, kalo marah gede sebelah… hahahaha), padahal itu sangat rahasia buat raja dan akhirnya diapun dipecat. Hulubalang Herry merasa sakit hati kemudian dia bergabung dengan pendekar kolor ijo untuk menculik princess.

Princess kaget melihat disitu ternyata sudah ada tiga orang, satu diantaranya adalah pendekar kolor ijo yang dulu pernah menculiknya. “Hahahahahaha…. mau lari kemana kau, manis? Sekarang nggak ada yang bisa menolongmu,” pendekar kolor ijo berkata sambil menyeringai. Mereka berdua akhirnya menangkap Princess dan membawa lari keluar istana dengan menunggang kuda. Belom jauh mereka membawa Princess, di tengah jalan dihadang seorang pendekar yang sangat rupawan, ya pendekar itu adalah pendekar Maskolis menghadang ketiga orang yang membawa princess dengan pedang di tangan. Pendekar Maskolis adalah satu diantara 3 pendekar kenthir, seorang pendekar yang tampan, manis, berwibawa, baik hati, gagah perkasa, suka menolong… apa lagi ya? Pokoknya yang baik-baik semua ada di dia.

“Dasar pendekar sesat, belom kapok juga menculik princess he?” Pendekar Maskolis langsung menyerang ketiga penculik Princess. Terjadilah pertarungan 3 lawan satu, pertarungan yang tidak seimbang, biasanya yang satu orang pasti kalah, tapi karena pendekar Maskolis sangat sakti banget ketiga penculik princess dapat dikalahkan. Ketiga penculik princess kabur lari tunggang langgang, akhirnya Princess dibawa kembali ke istana. Begitu sampai di istana princess menceritakan kejadian tentang penculikan yang baru saja menimpa dirinya kepada raja. Princess meminta raja menghentikan sayembara, dia lebih memilih pendekar Maskolis untuk mendampingi hidupnya daripada kedua pendekar yang sedang bertarung tak kunjung selesai itu. Raja kemudian memerintahkan hulubalang Mas Mus untuk menghentikan sayembara. Hulubalang Mas Mus segera melaksanakan perintah raja, belum jauh keluar istana hulubalang Mas Mus yang terkenal dengan penyakit pelupa akutnya, bukannya menghentikan sayembara tapi malah langsung menuju ke kamar terus tidur mendengkur sampai pagi.

Walaupun princess sudah mendapatkan jodoh, tapi bertarungan antara pendekar spiderte melawan pendekar Andreaneda masih berlangsung. Saking asyiknya bertarung mereka berdua tidak sadar bahwa sudah tidak ada lagi penonton dan aparat kerajaan yang menyaksikan pertarungan mereka. Yang ada hanya mereka berdua dan dayang Minche yang dari tadi masih setia menjadi wasit. Karena kesal dengan kedongoan kedua pendekar ini, penulis turun tangan, “Wooii… kalian berdua ngapain sih, tuh princess udah dapet jodoh kenapa masih bertarung juga?” tanya penulis. Mereka berdua menghentikan pertarungan, baru sadar kalau arena pertandingan kosong tidak ada siapapun. Kemudian pendekar Spiderte berkata, “Lah… pada kemane nih orang-orang, kita kan belom selesai berantemnya koq udah bubar semua?”

“Orang-orang udah pada pergi, princess udah dapet jodoh. Udah kalian berdua pulang aja ditungguin emak tuh.” Jawab penulis.

“Lha trus sayembaranya gimana, katanya yang menang jadi mantu raja?” pendekar Andreaneda juga bingung.

“Makanya kalo mau berantem jangan lama-lama hadiahnya keburu diambil sama orang lain, lagian kalian nggak ada yang mau ngalah. Mestinya yang tua ngalah kasih kesempatan yang muda, jadinya kan nggak kek gini.” Jawab penulis lagi.

“ Terus ini gimana, mau dilanjut kagak ne..??” mereka berdua serempak bertanya.

“Meneketehe, tuh kalo mau lanjut hadiahnya dayang Minche aja, mauuu…??” sambil jawab begitu penulis langsung ngacir lari secepat kuda Arab.

“Somprett….. dasar penulis stresss. Kalo bikin cerita yang bener dunk..!!!” pendekar Andreaneda menjawab kesal.

Itu tadi cerita hiburan dari planet kenthir lebih asyik kalau baca cerita sebelumnya, semoga terhibur dan mohon maaf kalau pertanyaan yang masuk ke kotak komentar belum bisa saya balas, mau libur dulu sampai hari minggu.