The Nation Of Tempe

Ada yang bilang, ketika Raja Demak Sultan Trenggono menyerbu Pasuruan lewat laut jawa, armada beliau beranggotakan tak kurang dari 800,000 prajurit yang diangkut dengan ribuan kapal. Mungkin jumlah itu tidak shahih . Mungkin perawi sejarahnya agak ngawur. Tapi, yang jelas setidaknya ada berpuluh-puluh kapal dengan muatan beratus ratus manusia.

maskolis tempe

Yang menjadi pertanyaan Jon Parkir ialah bagaimana sistem dapur kapal itu selama berbulan-bulan dalam perjalanan? Kan belum ada kompor, belum ada makanan kalengan. Apa mereka bikin ratusan pawon (dapur) kayu bakar di setiap kapal supaya pendekar demak lancar makan minum ? Maka alkisah kitab bab ketiga belas literatur mengenai peradaban Jawa memuat penjelasan mengenai hal itu. kabarnya ada ide bikin makanan pampat dari tempe, entah diramu dengan apa dan bagaimana cara bikinnya, tapi pokoknya dihasilkan butiran-butiran super tempe kecil yang sekali telan bisa berkhasiat sepiring nasi dan lauk pauk.

Tapi apa iya ? Pak Sartono Kartodirjo yang bisa menjawab dengan argumentasi yang representatif. Namun yang jelas, tekonologi makanan yang berkembang subur sejak jaman Majapahit, dimana Nusantara digarap secara maritim, pada akhirnya tak menemukan relevansinya sesudah Kerajaan Jawa berorientasi ke pedalaman: Pajang dan Mataram. Sedemikian rupa, sehingga kita hanya mengenal tempe tidak terutama pada kedudukannya sebagai lambang kecanggihan peradaban bangsa kita. God knows better. Wallahu’alam`. seperti juga kalau kita bertanya apa alat rekat batu-batu candi Borobudur? Apa semen bangunan megah dari masa silam? Ada juga yang bilang kulit batang pisang yang kering, kalau direndam pakai garam  bisa amat kuat dan bisa dibikin semacam tas kulit.

Sumber : Emha Ainun Nadjib