Pentingnya Rasa Gengsi dan Harga Diri

Ada saatnya kita pasti pernah berpikir atau  merenungkan sesuatu yang membuat diri kita terlalu egois, dan sering mementingkan diri kita sendiri tanpa menyadari, ternyata harga diri kita tidak secara langsung tidak ada harganya lagi di mata orang lain disebabkan kita terlalu picik dalam menyikapi semua yang kita miliki. Sebenarnya Gengsi dan Harga Diri mempunyai arti yang sama, tetapi dalam penerapannya dalam hidup kita seringkali diartikan berbeda.

gengsi harga diri

Pertama-tama, mari kita lihat terlebih dahulu arti dari kedua kata itu menurut pengertian kamus besar bahasa Indonesia, gengsi adalah “kehormatan dan pengaruh; harga diri; martabat”, sedangkan harga diri adalah “kesadaran akan berapa besar nilai yg diberikan kepada diri sendiri”. Tapi saya seringkali melihat kejadian-kejadian di mana orang-orang lebih mementingkan “Gengsinya” dibandingkan hal-hal yang jauh lebih penting, tetapi berani mengorbankan “Harga Dirinya” hanya untuk hal-hal yang sepele.

Saya beri beberapa contoh yang biasa terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
  1. Ketika ada dua orang sahabat yang persahabatannya hancur karena masalah sepele. Seringkali terjadi persahabatan hancur karena masing-masing pihak tidak mau mengalah dan mempertahankan “Gengsi” masing-masing sambil di dalam hati berpikir. “Untuk apa saya minta maaf kepada dia? Toh dia yang salah???” Atau salah 1 pihak tidak mau memberi maaf kepada pihak lain dan juga sebaliknya, pihak lain tidak mau menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada pihak lain. Akhirnya persahabatan yang telah dibina bertahun-tahun retak dan sahabat itu menjadi musuh bahkan pura-pura saling tidak kenal 1 sama lain.
  2. Kebanyakan orang-orang jaman sekarang lebih memilih barang-barang bermerk mahal tanpa memperlihatkan keadaan ekonominya. Banyak orang yang rela membeli baju-baju bermerk, jam tangan bermerk, sepatu bermerk demi mempertahankan Gengsi. Bahkan ada yang rela mengorbankan makan-makanan yang tidak sehat dibandingkan tidak membeli barang-barang bermerk. Seringkali orang-orang memaksakan keinginan mereka yang terlalu “berlebihan” tanpa memperhatikan segi-segi lain yang lebih penting.
    Memang tidak salah untuk membeli barang-barang bermerk, apabila keadaan ekonomi kita mencukupi tanpa perlu memaksakan “keadaan” yang tidak mendukung. Tetapi pengertian orang jaman sekarang sudah berbalik. Mereka merasa bahwa “Dengan saya menggunakan barang-barang bermerk, orang lain pasti akan jauh menghargai saya.”
  3. Jaman sekarang di kota-kota besar semakin lama semakin bermunculan para pengemis mulai dari anak kecil, anak muda dan juga orang dewasa. Mereka bahkan meminta-minta bukan karena mereka tidak mampu, tetapi telah menjadi kebiasaan dan bahkan sudah menjadi pekerjaan mereka untuk menjadi pengemis. Jelas sekali dalam kejadian ini, orang-orang itu rela mengorbankan “Harga Diri” mereka tanpa memandang ke dalam diri mereka bahwa mereka mampu untuk bisa menghasilkan penghasilan sendiri dengan kemampuan mereka.
    Kalau melihat dari ke-tiga contoh di atas, hal yang negative berubah pandangannya menjadi positive. Tetapi ada juga contoh-contoh yang seharusnya positive berubah pandangannya menjadi negative.
  4. Pernahkah anda semua mengalami kejadian di dalam suatu organisasi, ketika kita diminta tolong oleh anggota organisasi lain untuk meminta bantuan dana kepada orang lain demi kelangsungan kegiatan yang akan diselenggarakan? Biasanya kebanyakan orang langsung menolak pekerjaan itu dengan menjawab, “Ah.. nggak mau ah.. gengsi dong saya buat minta-minta gitu…”
  5. Dari jawaban itu, seringkali pikiran kita terkecoh akan hal bahwa dengan kita meminta tolong orang lain untuk mendanai kegiatan kita, kita berpikir bahwa diri kita sama dengan pengemis. Pikiran itu haruslah kita buang jauh-jauh… Mengapa?
Coba kita bayangkan apabila kita lebih memilih “gengsi” kita tanpa melihat kepentingan orang banyak, pasti acara itu tidak bisa berlangsung dengan lancar dan juga kita gagal sebagai anggota organisasi. Tetapi apabila kita mengganti pikiran kita dengan berpikir bahwa “Kesuksesan kegiatan juga merupakan kesuksesan saya.” Dengan kesuksesan itu, secara tidak langsung “harga diri” kita juga bisa lebih meningkat tidak hanya di mata diri sendiri, tetapi juga di mata orang lain.

Dengan keempat contoh di atas bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya “harga diri” seseorang akan lebih bernilai di mata orang lain, apabila diri kita pribadi bisa menghargai diri kita sendiri dengan memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri kita. Bukan semata karena untuk dihargai orang lain, kita melupakan aspek-aspek yang jauh lebih penting.

Untuk apa banyak harta, tetapi keluarga hancur dan kesehatan tidak baik? Untuk apa kita membeli banyak barang yang mahal-mahal hanya untuk dilihat orang bahwa kita kaya, tetapi diri sendiri berkesusahan?

Masalah “Gengsi” dan “Harga Diri” ini bisa kita atasi dengan :
  1. Menerapkan aspek-aspek positif dalam kehidupan kita. 
  2. Menjalankan hidup kita dengan wajar tanpa memaksakan sesuatu yang masih kita belum bisa capai. 
  3. Bisa mengoptimalkan kemampuan yang ada di dalam diri kita tanpa pantang menyerah.
Jadi kesimpulannya, dengan kita bisa meningkatkan harga diri kita, otomatis gengsi kita di mata orang lain juga turut meningkat.