Jangan Terlalu Serius Kawan, Ketawa Dulu.. !!

Cerita Sarju lagi….. hehehehe. Sarju merupakan salah seorang aktivis yang terkenal vokal di kalangan mahasiswa. Dia diundang oleh temennya di Jakarta untuk menggalang  demonstrasi menentang kenaikan BBM. Singkat cerita, Sarju bersama teman-temannya yang lain menggelar aksi demo. Belum sempat Sarju dan kawan-kawan melakukan aksinya dia sudah dihadang oleh beberapa orang tentara yang ditugasi untuk mengamankan aksi itu.

Salah seorang tentara bernama Sarmin membentak, “Hei.. apa kalian sudah punya ijin untuk aksi demo ini!”.

“Mas tentara, negara ini adalah negara demokratis, saya disini bukan demo tapi menyuarakan hati rakyat…..” jawab Sarju.

“Saya hanya menjalankan tugas, mana surat ijinnya…!” Sarmin sudah mulai nggak sabar.

“Negara ini kepunyaan rakyat dan saya sudah ijin sama rakyat, saya tidak butuh ijin lain…” Sarju masih ngotot.

“Plaakkk….” Sarmin menampar pipi Sarju, temen-temen Sarju tidak mau terima tapi karena mereka jumlahnya kalah akhirnya membubarkan diri.

Dua hari kemudian, karena tidak membuahkan hasil Sarju memutuskan untuk kembali ke daerahnya. karena sangu yang diberikan temennya hanya dikit, Sarju memutuskan untuk naik kereta api berkelas ekonomi. Di dalam kereta tidak disangka dia duduk disebelah Parmin, si tentara. Tapi Sarmin sudah tidak mengenalinya karena waktu aksi demo dua hari yang lalu Sarju mencoret-coret wajah dengan cat sekenanya.

Akhirnya empat orang duduk seperti tak saling kenal duduk saling berhadapan. Sarju duduk bersebelahan dengan Sarmin, si tentara. Sementara di depan mereka seorang nenek tua yang mengunyah sirih, disampingnya duduk cewek cantik, seksi, dan menggiurkan.

Kereta memasuki sebuah terowongan, dan suasana di dalam kereta menjadi gelap. Tipa-tipa terdengar suara ciuman yang kemudian disusul dengan “Plaakkk…!”  suara pipi ditampar.

Si nenek berkata dalam hati : “Kasian nih anak perawan di sebelahku. Jadi obyek pelecehan seksual.”

Si cewek seksi berkata dalam hati : “Kasian yang mencium nenek di sebelahku. Pasti dikiranya yang dicium itu aku.”

Sarmin, si tentara sambil mengusap pipinya berkata dalam hati : “Sial….! Yang nyium siapa, yang kena tampar siapa.”

Sarju hanya tersenyum dan berkata dalam hati : “Kapan lagi bisa nampar tentara. Nggak tau dia, kalau aku mencium tanganku sendiri.”