Tips Budidaya Tabulampot Buah Sawo
Tanaman
sawo tak hanya dapat diambil buahnya tetapi juga getahnya yang terdapat
pada kulit batang, daun, dan empulur pohon sawo. Di negara asalnya,
tanaman sawo hanya diambil getahnya untuk bahan baku pembuatan permen
karet, sedangkan di Indonesia sawo dibudidayakan untuk dinikmati
buahnya. Manfaat lain dari tanaman sawo adalah kayunya yang bagu serta
di setiap bagian tanamannya memiliki kandungan tertentu untuk pengobatan
tradisional. Nama lokal untuk tanaman sawo, ialah : Sawo Manila
(Melayu), Saus (Padang), Sawo Manila (Sunda), Sawo Manila (Jawa Tengah),
Sabu manela (Madura), Sabo jawa (Bali). Cara budidaya tanaman sawo ini tidak begitu sulit
- Syarat tumbuh
Iklim
Tanaman
ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim basah sampai kering
dengan pembagian bulan basah dan bulan kering yang dikehendaki yaitu 12
bulan basah atau 10 bulan basah dengan 2 bulan kering atau 9 bulan
basah dengan 3 bulan kering atau 7 bulan basah dengan 5 bulan kering dan
atau 5 bulan basah dengan 7 bulan kering. Tanaman sawo tetap dapat
berkembang baik pada suhu antara 22-32 ºC, dengan curah hujan 2.000
sampai 3.000 mm/tahun. Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup
mendapat sinar matahari namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan). Tanaman sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras.
Media Tanam
Jenis
tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir
(latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase
baik. Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian
cocok untuk ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan),
aluvial loams (daerah aliran sungai), dan loamy soils (tanah
berlempung). Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk
perkembangan tanaman sawo adalah antara 6–7. Kedalaman air tanah yang
cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai 200 cm.
Ketinggian Tempat
Daerah-daerah
yang sesuai untuk tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan
baik, yaitu dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl. Namun,
sebenarnya tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl.
2. Menanam Tabulampot Sawo
Menanam
tanaman sawo dalam pot dapat menggunakan bibit asal biji, jika
tujuannya untuk membentuk tajuk yang indah sebagai penghias pekarangan.
Akan tetapi, bibit asal biji ini memiliki masa pertumbuhan yang sangat
lambat, apalagi untuk mencapai masa berbuahnya. Oleh karena itu, dapat
dipilih bibit cangkok sebagai alternatif, dengan syarat batang pokoknya
harus lurus dan percabangannya menarik agar memudahkan dalam hal
pemangkasan serta kelak tidak hanya mempesona disaat berbuah saja. Pilih
bibit yang sehat dengan daun hijau segar dan mengembang sempurna serta
bebas hama penyakit. Bibit cangkokan dipilih yang cabang atau rantingnya
bagus dan sehat.
Menyiapkan pot
Pilihan
penggunaan pot untuk tanaman sawo dapat berupa pot dari semen, kayu
atau drum bekas. Namun, yang paling praktis ialah pot dari drum bekas,
karena selain tidak beresiko pecah ketika dipindahkan, pot dari drum
bekas ini juga tahan lama. Ukuran pot minimal untuk tanaman sawo
sebaiknya yang bediameter 30 cm atau disesuaikan dengan ukuran tanaman,
dan yang terpenting dari apapun jenis dan bahan pot yang digunakan ialah
adanya lubang untuk pembuangan air di bagian dasar pot yang cukup baik.
Seperti misalnya pada drum bekas perlu dibuat lubang sebanyak 5 buah
dengan diameter masing-masing 1 cm.
Menyiapkan media tanam
Penggunaan
media tanam dalam pot harus benar-benar diperhatikan. Media tanam yang
dapat digunakan ialah seperti campuran pupuk kandang/kompos yang telah
matang dengan tanah (1:1). Kedua media tersebut dicampur merata sebelum
dimasukkan ke dalam pot.
Penanaman bibit dalam pot
- Dasar pot dialasi ijuk atau pecahan genteng dengan ketebalan 5-10 cm, agar dapat menahan hilangnya tanah melalui lubang pot akibat penyiraman.
- Di atas alas tersebut diberi campuran media tanam setebal 3-5 cm.
- Bibit didekatkan pada pot. Pembungkus bibit dilepaskan dengan hati-hati.
- Masukan bibit ke dalam pot, lalu urug dengan sisa media tanam hingga rata dengan bibir pot.
- Lakukan penyiraman hingga media turun sekitar 5 cm di bawah bibir pot.
- Simpan tanaman dalam pot di tempat teduh untuk sementara, dan beri ganjalan di bawah pot dengan batu bata agar pot tidak bersinggungan langsung dengan tanah yang menyebabkan aliran air siraman terhambat keluar.
- Setelah tanaman sawo tampak segar dan muncul tunas, tanaman dapat dipindahkan ke tempat terbuka yang terkena sinar matahari penuh.
3. Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman
pada tanaman dalam pot menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Jika
tidak turun hujan perlu dilakukan penyiraman 1-2 hari sekali, yang
terpenting, media tanam dalam pot dijaga agar tidak mengalami kekeringan
ataupun kelebihan air. Cara penyiraman perlu diperhatikan. Penyiraman
dengan cara menyiramkan air ke seluruh bagian tanaman dapat membuat
tanaman terlihat bersih, akan tetapi jika tanaman sedang berbunga hal
ini perlu dilakukan secara cermat agar siraman air tidak membuat bunga
rontok. Oleh karena itu, ada baiknya penyiraman dilakukan dengan
menggunakan gembor atau nozzle.
Penyiangan
Setelah
1-2 bulan setelah tanam, perlu dilakukan penyiangan untuk membersihkan
rumput dan gulma yang menggangu. Jika tanaman sudah tumbuh besar
gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika tanaman masih kecil akan
sangat berarti karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman sawo. Gangguan
tumbuhan parasit seperti benalu juga harus diperhatikan. Jika kelihatan
pada ranting pohon sawo terdapat benalu atau parasit agar segera
dibersihkan dengan cara memotong ranting tempat benalu menempel.
Pemotongan sebaiknya dilakukan sebelum benalu berbunga. Perlu pula
dilakukan pemberantasan benalu pada pohon lain di dekat tanaman sawo
untuk mencegah penularan pada tanaman sawo lainnya. Untuk tanaman sawo
dalam pot, perawatan ini tidak begitu digunakan, akan tetapi jika ada
tumbuhan pengganggu dalam pot segera dicabut saja lalu dibuang.
Pembubunan/ pendangiran
Pada
saat penyiangan, dapat juga dilakukan pembubunan tanah di sekitar
tanaman. Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar
tanaman sawo dan untuk memperkokoh batang tumbuhnya. Pendangiran pada
pot hanya dilakukan jika media dalam pot sudah tampak memadat.
Pemupukan lanjutan
Sebagai
pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500 gr urea/pohon/tahun sebelum
tanaman sawo berbuah. Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsang
pertumbuhan batang dan daun, karena urea adalah sumber N yang berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun.
Bila
tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun, dilakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang
kandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gr/ pohon
tiap tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan
KCl sebanyak 108 gr, 277 gr, dan 144 gr. Sedangkan tanaman sawo dalam
pot hanya membutuhkan pupuk NPK tersebut sebanyak 50 gr/ tanaman setiap 2
bulan sekali, dan pupuk daun setiap 1-2 minggu sekali dengan dosis yang
tertera pada tanaman. Unsur P bagi tanaman berfungsi untuk mempercepat
pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga bunga dan buah
supaya tidak mudah gugur.
Jumlah
pupuk tersebut secara bertahap ditingkatkan sampai 2 kg/pohon tiap
tahun untuk tanaman sawo yang telah berumur 15 tahun. Selain urea dan
NPK yang diberikan, perlu juga diberikan pupuk kandang sebanyak 10
kg/pohon untuk memperbaiki struktur tanah.
Pemberian
pupuk lanjutan tersebut dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada awal
dan akhir musim hujan. Dosis yang diberikan setengah dari yang
disebutkan di atas.
Cara
pemberian pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam parit yang digali di
bawah pohon mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan kedalaman ± 10
cm. Dapat juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon dengan
ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang. Sedangkan untuk
pemupukan dalam pot caranya adalah dengan mengangkat tanah yang
bersinggungan dengan pinggir pot sedalam 10 cm, kemudian ditimbun lagi
setelah pupuk dimasukan.
Pemangkasan
Tanaman
sawo yang dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 20 m. Agar
tanaman sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan.
Pemangkasan juga bertujuan membentuk percabangan yang baik dan kuat.
Bibit tanaman dalam pot yang berasal dari cangkokan hanya perlu
dipangkas untuk memperbaiki bentuk, bukan untuk membentuk tajuk. Akan
tetapi jika asal bibit berasal dari sambung pucuk, maka pembentukan
tajuk perlu dilakukan sejak semula. Berikut adalah teknis pemangkasan :
a) Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan
bentuk ditujukan untuk mengatur ketinggian dan bentuk tajuk, agar
memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan hama dan penyakit.
Pembentukan tajuk tanaman sawo dalam pot dapat dilakukan tidak hanya pada musim hujan. Pemangkasan pertama ketika
tanaman telah tumbuh cukup kuat (2 bulan setelah tanam). Pemangkasan
dilakukan dengan memotong ujung batang hingga tinggal 15-40 cm dari
permukaan tanah dalam pot. Tempat pemangkasan harus sedikit di atas ruas
batang. Luka bekas pangkasan ditutup dengan cat meni atau parafin untuk
mencegah penyakit. Beberapa hari setelah pemangkasan akan tumbuh
tunas-tunas baru pada ketiak daun. Tiga dari tunas yang tumbuh sehat dan
tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer dan dibiarkan
tumbuh sedangkan tunas lainnya dibuang. Pemangkasan ke dua ketika
cabang primer tumbuh sepanjang 20-25 cm ujungnya dipangkas lagi hingga
panjangnya tinggal 15-20 cm. Pemangkasan ini dilakukan tepat di atas
mata tunas. Akibat pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Dua
atau tiga tunas yang sehat dibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan
tunas yang lain dipotong. Setelah terbentuk cabang sekunder, selanjutnya
hanya dilakukan pemangkasn pemeliharaan.
Tanaman
sawo dalam pot dapat dibentuk tajuknya tidak hanya dengan pemangkasan,
tetapi juga dengan menggugurkan buah-buah yang tumbuh pertama kali,
karena biasanya jika buah pertama dibiarkan berkembang pertumbuhan
tanaman selanjutnya akan menjadi jelek. Jika menginginkan bentuk tajuk
yang sederhana, pemangkasan dapat diakhiri sampai tahap pemangkasan
pertama saja, dan selanjutnya hanya untuk pemangkasan pemeliharaan.
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan
pemeliharaan ditujukan untuk memotong ranting yang terlalu panjang atau
rusak dan lemah, mencegah serangan penyakit, memotong cabang-cabang
air, serta mengurangi kerimbunan sehingga sinar matahari dapat masuk.
Pemangkasan pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap saat jika
diperlukan.
Penggantian media tanam dan pot
Seperti
halnya tanaman yang tumbuh di lahan, tanaman dalam pot juga mengalami
perkembangan yang suatu saat menginginkan tempat yang lebih luas. Tidak
hanya batang dan tajuknya saja yang berkembang, tetapi perakaran di
bawah tanah dalam pot juga berkembang, sehingga ruang dalam pot menjadi
berkurang, daya tamping pot untuk menampung media tanam berkurang dan
persediaan makan bagi tanaman pun menjadi terbatas. Oleh karena itu,
sebaiknya dilakukan penggantian pot (repotting) dengan cara :
- Siram media dalam pot dengan air hingga media menjadi lunak dan tanaman mudah dilepas dari pot.
- Segera pindahkan tanaman yang sudah lepas ke dalam pot yang baru/ lebih besar.
- Urug bagian pot yang kosong dengan media yang baru, lalu siram dengan air bersih.
Apabila
tanaman tidak perlu diganti pot, maka yang diperlukan hanyalah
memotong/mengikis sebagian tanah pada bagian sisi dan bawah dengan
menggunakan pisau yang bersih dan tajam. Setelah itu, masukan kembali ke
dalam pot, lalu timbun dengan campuran media tanam yang sama tapi baru,
kemudian siram dengan air.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Hama
a) Lalat buah (Dacus sp.) Gejala: terdapat
bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaan kulit,
tetapi daging buah sudah membusuk yangdiakibatkan oleh larva lalat yang
memakan daging buah. Pengendalian: (1)
membersihkan (sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan kebun;
(2) membungkus buah dengan kertas semen atau koran; (3) memasang
perangkap lalat buah yang mengandung bahan metyl eugenol, misalnya
M-Atraktan, dalam botol plastik bekas; (4) menyemprotkan perangkap lalat
buah, seperti Promar yang dicampur dengan insektisida kontak atau
sistemik; (5) menginfus akar tanaman dengan laruta insektisida sistemik,
seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fase sebelum berbunga;
(6) menyemprot tanaman dengan insektisida kontak, seperti Agrothion 50
EC dengan dosis 3-4 cc/liter air.
b) Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat(Saissetia nigra)
Gejala : Ranting-ranting
muda dan daun-daun sawo mengkerut, layu, kering dan terhambat
pertumbuhannya. Hal tersebut dilakukan dengan cara menghisap cairan yang
terdapat di dalam ranting dan daun. Selain menghisap cairan, kutu-kutu
ini juga menghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran
cendawan jelaga.
Pengendalian: dengan
penyemprotan insektisida, seperti Diasinon 60 EC dengan dosis 1-2
cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air yang
disemprotkan langsung ke kutu-kutu tersebut.
Penyakit
a) Jamur upas (jamur Corticium salmonocolor)
Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba,
ditandai dengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat seperti
sutera atau perak pada cabang atau ranting. Pada stadium ini jamur belum
masuk ke dalam kulit tanaman sawo; (2) Stadium bongkol, jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa didepan lentisel sebelum memasuki kulit sawo; (3) Stadium corticium, jamur
membentuk kerak berwarna merah muda yang berangsur-angsur berubah
menjadi lebih muda lalu menjadi putih. Kulit tanaman sawo yang terdapat
di bawah kerak tersebut akan membusuk; (4) Stadium necator, jamur membentuk banyak piknidium yang berwarna merah pada sisi cabang atau ranting yang lebih kering.
Pengendalian:
(1) Pada stadium laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara
menggosok tempat yang terserang jamur sampai hilang. Bekas luka gosokan
diolesi dengan cat meni, ter, atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan
fungisida yang mengandung tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21
dengan dosis 4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali untuk
menghindari munculnya serangan lagi; (3) Pemotongan pada bagian tanaman
yang terserang apabila jamur sudah mencapai stadium bongkol, corticium,
atau necator. Pemotongan dilakukan pada bagian yang sehat jauh dari
batas bagian yang sakit. Bagian yang dipotong kemudian diolesi dengan
fungisida serta potongan yang terserang penyakit segera dibakar untuk
mencegah spora berterbangan. Pemotongan cabang atau ranting juga
dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang dapat mendorong pertumbuhan
spora.
b) Jamur jelaga (jamur Capnodium sp.)
Gejala:
berupa warna hitam seperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo.
Jamur ini sebenarnya hanya memakan madu yang dikeluarkan oleh serangga (Indicerus sp.),
akan tetapi jika dibiarkan lama kelamaan dapat menutupi seluruh daun
dan ranting tanaman sawo, sehingga proses fotosintesa tanaman sawo akan
terganggu dan pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada saat
tanaman berbunga dapat mengakibatkan buah yang terbentuk hanya sedikit.
Jika yang terserang adalah buah, dapat menyebabkan kerontokan atau
berkurangnya kualitas buah.
Pengendalian: (1)
melenyapkan serangga yang menghasilkan embun madu terlebih dahulu
dengan insektisida; (2) dilakukan penyemprotan dengan fungisida seperti
Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP
dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air.
c) Busuk buah (jamur Phytopthora palmivora Butl.)
Gejala:
mula-mula kulit buah berbercak-bercak kecil berwarna hitam atau
cokelat, kemudian melebar dan menyatu secara tidak beraturan, daging
buah membusuk dan berair, serta kadang-kadang buah berjatuhan (gugur).
Pengendalian:
(1) dengan cara pemotongan buah yang sakit berat, pengumpulan dan
pemusnahan buah yang terserang; (2) penyemprotan fungisida, seperti
Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8 gr – 2,4 gram/liter air.
d) Hawar benang putih (jamur (cendawan) Marasmius scandens Mass.)
Gejala: daun-daun mengering dan berguguran. Pada ranting yang mengering terdapat benang-benang jamur berwarna putih.
Pengendalian:
(1) dengan cara mengurangi kelembaban kebun, memotong bagian tanaman
yang sakit berat; (2) mengoleskan atau menyemprotkan fungisida, seperti
Benlate dengan dosis 2 gr/1 air.
*dari berbagai sumber
Post a Comment